JAKARTA, KOMPAS.com — Kawasan Monumen Nasional di Jakarta Pusat masih belum bisa
bersih dari pedagang kaki lima. Serbuan pedagang bahkan tampak sangat mencolok
pada akhir pekan.
Pada Sabtu (25/10) dan Minggu (26/10), misalnya, area taman di dalam pagar kawasan Monumen Nasional (Monas) dipenuhi PKL yang menjual aneka jenis barang dagangan.
Ada pedagang yang membawa makanan dan minuman dalam kemasan dalam keranjang dan berkeliling. Hal serupa dilakukan pedagang tikar, kacamata, dan aneka jenis barang lainnya.
Pedagang lain menggelar barang dagangan mereka dengan beralaskan plastik lebar. Barang dagangan yang dijual pedagang jenis ini antara lain pakaian, topi, suvenir, dan mainan anak.
Ada pula pedagang yang memboyong gerobak lengkap dengan meja-kursi serta tenda. Untuk memasang tenda, mereka mematok paku besar di batu alam.
Tidak hanya itu. Ada pula pedagang yang menggelar komedi putar, persewaan sepeda motor kecil untuk anak, serta area bermain anak berukuran jumbo.
Kartika, seorang pengunjung Monas, mengatakan, kondisi Monas saat ini mirip pasar rakyat. ”Mau cari apa saja bisa di Monas ini. Tapi, ya, konsekuensinya taman ini jadi sangat ramai. Belum lagi sampah yang bertebaran di mana-mana,” kata warga Pancoran ini.
Meskipun demikian, Monas masih menjadi tempat tujuan wisata bagi sebagian orang. ”Paling murah, ya, ke Monas. Apalagi untuk anak-anak. Kalau soal pedagang, ya, harus pintar-pintar cari pedagang yang benar. Kalau tidak, bisa kena getok harganya,” kata Zulkifli, warga Cikini.
Zulkifli memilih jajan di tenda kuliner yang disediakan pada acara Jakarta Marathon di Monas. Selain harganya pasti, kenyamanan menikmati makanan serta kebersihan dianggap lebih terjamin.
Kepala Unit Pengelola Kawasan Monas Rini Hariyani mengatakan, tantangan pembenahan Monas masih sangat besar, terutama soal pengaturan PKL.
”Menata PKL ini tidak mudah karena mereka sudah lama berjualan. Beberapa kali kami tertibkan, mereka terus melawan,” katanya.
Rini mengatakan, pihaknya akan berkonsultasi dengan Garnisun untuk menjajaki kemungkinan penjagaan pintu masuk Monas oleh tentara. Langkah ini diharapkan bisa membantu penertiban PKL agar tidak lagi masuk ke area Monas.
Sementara perbaikan menyeluruh pagar Monas belum bisa dilakukan tahun ini karena terkendala anggaran. Pagar yang ada saat ini memiliki banyak celah. Ada pagar yang bisa diangkat sehingga orang bisa menerobos masuk. Ada pula perusakan pintu pagar. Rini menargetkan, tahun depan pagar akan diperbaiki seluruhnya setelah anggaran cair.
Adapun tempat relokasi PKL di area IRTI, yang dibuat pihak ketiga, belum bisa digunakan karena masih tahap penyelesaian. Selain itu, UP Kawasan Monas juga tengah menyiapkan peraturan agar pengelolaan lokasi relokasi itu bisa dilakukan pihak professional
Pada Sabtu (25/10) dan Minggu (26/10), misalnya, area taman di dalam pagar kawasan Monumen Nasional (Monas) dipenuhi PKL yang menjual aneka jenis barang dagangan.
Ada pedagang yang membawa makanan dan minuman dalam kemasan dalam keranjang dan berkeliling. Hal serupa dilakukan pedagang tikar, kacamata, dan aneka jenis barang lainnya.
Pedagang lain menggelar barang dagangan mereka dengan beralaskan plastik lebar. Barang dagangan yang dijual pedagang jenis ini antara lain pakaian, topi, suvenir, dan mainan anak.
Ada pula pedagang yang memboyong gerobak lengkap dengan meja-kursi serta tenda. Untuk memasang tenda, mereka mematok paku besar di batu alam.
Tidak hanya itu. Ada pula pedagang yang menggelar komedi putar, persewaan sepeda motor kecil untuk anak, serta area bermain anak berukuran jumbo.
Kartika, seorang pengunjung Monas, mengatakan, kondisi Monas saat ini mirip pasar rakyat. ”Mau cari apa saja bisa di Monas ini. Tapi, ya, konsekuensinya taman ini jadi sangat ramai. Belum lagi sampah yang bertebaran di mana-mana,” kata warga Pancoran ini.
Meskipun demikian, Monas masih menjadi tempat tujuan wisata bagi sebagian orang. ”Paling murah, ya, ke Monas. Apalagi untuk anak-anak. Kalau soal pedagang, ya, harus pintar-pintar cari pedagang yang benar. Kalau tidak, bisa kena getok harganya,” kata Zulkifli, warga Cikini.
Zulkifli memilih jajan di tenda kuliner yang disediakan pada acara Jakarta Marathon di Monas. Selain harganya pasti, kenyamanan menikmati makanan serta kebersihan dianggap lebih terjamin.
Kepala Unit Pengelola Kawasan Monas Rini Hariyani mengatakan, tantangan pembenahan Monas masih sangat besar, terutama soal pengaturan PKL.
”Menata PKL ini tidak mudah karena mereka sudah lama berjualan. Beberapa kali kami tertibkan, mereka terus melawan,” katanya.
Rini mengatakan, pihaknya akan berkonsultasi dengan Garnisun untuk menjajaki kemungkinan penjagaan pintu masuk Monas oleh tentara. Langkah ini diharapkan bisa membantu penertiban PKL agar tidak lagi masuk ke area Monas.
Sementara perbaikan menyeluruh pagar Monas belum bisa dilakukan tahun ini karena terkendala anggaran. Pagar yang ada saat ini memiliki banyak celah. Ada pagar yang bisa diangkat sehingga orang bisa menerobos masuk. Ada pula perusakan pintu pagar. Rini menargetkan, tahun depan pagar akan diperbaiki seluruhnya setelah anggaran cair.
Adapun tempat relokasi PKL di area IRTI, yang dibuat pihak ketiga, belum bisa digunakan karena masih tahap penyelesaian. Selain itu, UP Kawasan Monas juga tengah menyiapkan peraturan agar pengelolaan lokasi relokasi itu bisa dilakukan pihak professional
Sumber : http://megapolitan.kompas.com/read/2014/10/27/18093391/PKL.Masih.Marak.di.Area.Taman.Monas
Salah
|
Benar
|
1.
Memboyong
|
Membawa
|
2.
Mematok
|
Memaku
|
3.
Jumbo
|
Besar
|
4.
Mau cari
|
Mau
Mencari
|
5.
Taman ini jadi
sangat ramai
|
Taman ini
menjadi sangat ramai
|
6.
harus pintar-pintar cari pedagang
|
Harus
pintar mencari pedagang
|
7. Kawasan Monas juga tengah menyiapkan
|
Kawasan
Monas juga sedang menyiapkan
|